Redaksisergap.id
Jakarta,|| Secara de facto saat ini Indonesia merupakan pemimpin ASEAN.
Wajar saja karena cuma Indonesia lah negara di ASEAN yang punya SDA dan SDM untuk melakukan berbagai halnya relatif mudah.
Meski menjadi pemimpin de facto ASEAN, Indonesia tetap mengedepankan asas musyawarah dalam mencapai mufakat.
Sebab Indonesia melihat ASEAN ini wadah untuk saling merangkul dan membantu untuk mencapai Asia Tenggara yang makmur bebas dari perang.
Untuk mewujudkan hal di atas tak mudah apalagi saat ini Indonesia dan ASEAN tengah menghadapi perpecahan pendapat.
Biang keroknya ialah China, klaim Nine Dash Line nya yang mencaplok 90 persen perairan Indo Pasifik buat beberapa negara ASEAN termasuk Indonesia berang.
Sialnya negara anggota ASEAN yakni Myanmar, Kamboja, Laos dan Thailand urung satu suara dengan Indonesia menolak klaim Nine Dash Line.
Keempat negara itu punya kepentingan dengan China sehingga mereka ogah ikut-ikutan membantu anggota ASEAN lainnya.
Bahkan Brunei Darussalam yang kena imbas klaim Nine Dash Line juga tak berani menentang China.
Kamboja dan Laos, sebagai negara non-pengklaim yang tidak memiliki kepentingan langsung di Laut China Selatan, sangat bergantung pada bantuan dan investasi Tiongkok, sehingga mendorong mereka untuk bersandar pada posisi Tiongkok dalam mengamankan kepentingan nasional mereka,” jelas 9 DashLine.
Indonesia diharuskan merangkul Kamboja dan Laos agar tak terlalu condong ke China.
Sebetulnya ada satu cara lagi bagi Indonesia supaya klaim Nine Dash Line China benar-benar luluh di perairan ASEAN.
(RS/***)